Angka HIV Tinggi, OKI Jadi Tempat Prostitusi

Foto : Kasat Pol PP dan Damkar OKI

OGAN KOMERING ILIR, oganpost.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ogan Komering ilir (OKI) mencatat ada 12.110 jiwa terinfeksi beresiko penyakit menular HIV/AIDS tahun 2024.angka tersebut berdasarkan data yang di dapat oganpost.com dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKI Provinsi Sumsel.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Damkar Kabupaten Ogan Komering Ilir, mengaku kesulitan dalam mengawasi aktivitas pekerja seks komersial (PSK) yang berpindah-pindah lokasi dan dalam menekan angka penyebaran HIV/AIDS.

“Kalau mau kontrol 24 jam tentu tidak mungkin. Kadang saat kami akan melakukan razia, mereka sudah tidak ada. Bahkan ada dugaan informasinya bocor. Kami sudah melakukan sosialisasi ke pemilik kafe, tapi karena ini sifatnya liar, sulit dipantau. Kami tidak tahu apakah mereka berhubungan dengan alat pengaman atau tidak. Seharusnya memakai kondom, tetapi itu juga tidak bisa kami kontrol sepenuhnya,”ungkap Hilwen diruang kerja Rabu (15/1).

Didampingi Kepala Bidang Peraturan Daerah (Kabid Perda) Satpol PP OKI, Titon,bercerita  bahwa meski razia dan sosialisasi kerap dilakukan, hasilnya belum maksimal karena sifat dinamis para PSK tersebut.

"Kami sering mengadakan razia, misalnya di Teluk Gelam. Ketika razia berlangsung, mereka berhenti sementara, tetapi beberapa hari kemudian mereka kembali lagi. Di daerah seperti Bukit Batu dan Air Sugihan, razia sulit dilakukan karena aksesnya yang susah dan memerlukan koordinasi dengan camat atau kepala desa,"kata Titon.

Titon juga menambahkan bahwa pihaknya terkendala dengan luas wilayah Kabupaten OKI dan terbatasnya anggaran. Selain itu, banyak PSK yang berasal dari luar daerah, seperti Jawa Barat dan Lampung, sehingga sulit terpantau secara intensif.

Menurut Titon, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan OKI untuk mengetahui lokasi-lokasi yang menjadi perhatian utama terkait tingginya angka penyebaran HIV. Namun, ia menyebutkan bahwa pihak Satpol PP kesulitan karena Dinas Kesehatan merahasiakan data individu yang terinfeksi HIV, sehingga mempersulit langkah pengawasan.

"Dulu banyak laporan soal pria yang terkena HIV, tapi sekarang kami tidak tahu lagi. Kalau ternyata data yang ada bukan berasal dari lokalisasi, tapi dari penduduk umum, ini bisa merugikan nama lokalisasi tersebut," tambahnya.

Titon pun mengakui bahwa penting untuk memastikan data yang akurat agar tindakan penanganan lebih tepat sasaran.

"Apakah ini benar-benar dari PSK, atau justru dari masyarakat sekitar? Kami akan koordinasikan lebih lanjut agar penanganannya jelas," pungkas Titon.(RIO)






No comments

Powered by Blogger.