Miris!!! Penghasilan Retribusi Pasar Kayuagung Hanya 450 Ribu Perhari

Kantor UPTD Pasar Kayuagung, Selasa (1/10/2024)

OGAN KOMERING ILIR oganpost.com - Di tengah hiruk-pikuk aktivitas pasar tradisional, bayangan suram terus menghantui para pedagang di Pasar Kayuagung. Pemasukan retribusi pasar yang dulunya diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, kini merosot tajam. Dalam beberapa bulan terakhir, angka pemasukan harian hanya berkisar Rp 450 ribu, jauh dari harapan dan jauh dari angka yang seharusnya dapat dicapai dari ribuan pedagang yang aktif berjualan setiap hari.

Irlan, Kepala UPTD Pasar Kayuagung, dengan nada serius mengungkapkan situasi ini. "Dalam satu hari biasa, kami hanya menjual sekitar 150 karcis retribusi. Satu bal karcis itu berisi 100 karcis. Kalau hari Sabtu, jumlahnya bisa naik sedikit hingga 200 karcis, tapi itu masih sangat kurang," ungkapnya di ruang kerjanya, Selasa (1/10). 


Perkataan Irlan membawa keprihatinan yang lebih mendalam, mengingat luasnya pasar Kayuagung yang seharusnya mampu menarik lebih banyak pedagang dan pengunjung. Menurut dia, bukan tanpa alasan jika pemasukan ini menurun. Di balik angka-angka yang semakin kecil tersebut, terdapat keluhan-keluhan yang terpendam dari para pedagang. Banyak dari mereka yang mengaku semakin sulit mendapatkan pembeli. 


Pasar yang dulunya selalu ramai, kini mulai terasa lengang. Pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung yang berdampak langsung pada penjualan mereka. “Pasar makin sepi, barang jualan kami semakin sulit laku,” ucap salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.


Kondisi ini membuat para pedagang merasa terbebani oleh retribusi yang harus dibayar setiap hari. "Kami sudah susah menjual barang, tapi retribusi tetap harus dibayar. Kami mengerti itu kewajiban, tapi saat ini kondisinya sulit," ungkap pedagang lain dengan nada lirih. 


Keadaan ini menciptakan lingkaran setan yang menyulitkan semua pihak—pedagang kesulitan membayar retribusi karena dagangan sepi, sementara pemerintah daerah juga kehilangan potensi pendapatan untuk memperbaiki fasilitas pasar.


Pasar Kayuagung bukan sekadar tempat transaksi ekonomi bagi para pedagang. Bagi warga lokal, pasar ini adalah pusat kehidupan, tempat mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, seiring dengan menurunnya minat pembeli, efek domino pun terjadi. Pedagang mulai mengurangi stok barang dagangan mereka karena takut tidak laku, sementara pembeli mulai beralih ke pasar modern meskipun jauh di Kota Palembang atau bahkan ke sistem belanja daring yang semakin populer. 


Ketidakmampuan pedagang untuk membayar retribusi ini memperburuk kondisi infrastruktur pasar, yang pada akhirnya membuat pasar semakin kehilangan daya tariknya.


Irlan, yang telah bertahun-tahun memimpin UPTD Pasar Kayuagung, tak menampik bahwa kondisi ini adalah masalah serius. Ia mengakui bahwa penurunan pendapatan pedagang tentu berdampak pada pemasukan retribusi yang semakin rendah. Menurutnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi situasi ini, salah satunya adalah daya beli masyarakat yang menurun,


“Memang, daya beli masyarakat sepertinya sedang menurun. Ditambah lagi, para pedagang mengeluhkan adanya persaingan dari pasar modern dan belanja online. Semua ini tentu berdampak,” tuturnya.


Di tengah kegalauan ini, pihak pemerintah daerah dan UPTD Pasar terus berupaya mencari solusi untuk mengembalikan kejayaan pasar Kayuagung. Irlan menyebutkan bahwa pihaknya tengah mencari solusi guna meningkatkan daya tarik pasar dan mengundang lebih banyak pembeli kembali. 


Meski situasi saat ini terlihat sulit, ada harapan bahwa pasar Kayuagung bisa bangkit kembali. Jika ada kesadaran bersama dan langkah-langkah nyata yang diambil, bukan tidak mungkin pasar ini kembali hidup dan menjadi pusat ekonomi yang kuat.


(Rio)

No comments

Powered by Blogger.