Kandang Banteng Masih Terlalu Kuat untuk Dikoyak Gibran
JAKARTA -- Keikutsertaan Gibran Rakabuming di Pilpres 2024 sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto dianggap membahayakan suara Ganjar Pranowo di Jawa Tengah yang selama ini menjadi basis suara PDIP. Pengamat politik menilai militansi kader PDIP akan membuat Ganjar-Mahfud MD mengungguli Prabowo-Gibran di Jawa Tengah (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Ketokohan Gibran tak lepas dari faktor ayahnya, Presiden Joko Widodo. Akan tetapi, pengamat politik menganggap Ganjar tetap akan lebih perkasa di kandang banteng. Gibran hanya sebatas menggoyang, tak sampai mengungguli Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jateng.
Gibran sendiri telah mengamini bahwa wilayah Jateng bakal menjadi arena pertarungan yang berat saat Pilpres 2024.
Gibran menyebut kondisi itu pula yang membuatnya langsung melakukan safari politik di wilayah tersebut untuk kembali menguatkan basis suara yang sudah ada sebelumnya.
"Kenapa Jawa Tengah harus saya putari dulu, karena Jawa Tengah ini paling berat. Makanya bapak ibu semua, teman-teman relawan ini nanti kerja kerasnya lebih difokuskan di Jawa Tengah," ujarnya saat menghadiri dialog di Joglo Jembar Keji Muntilan,Sabtu (28/10).
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul berpendapat suara elektoral Gibran tidak akan mampu mengalahkan Ganjar di Jawa Tengah karena kader PDIP yang sangat militan.
Betul bila dikatakan suara di Jateng akan terbelah. Namun tidak signifikan atau tidak sampai membuat Gibran lebih unggul dari Ganjar.
"Kalau saya melihat Jateng tetap kandang banteng. Sebab, salah satu parpol yang punya militansi luar biasa itu memang PDIP. Saya masih melihat bahwa di Jateng, Ganjar-Mahfud tetap akan leading di antara yang lain," kata Adib saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (2/11).
Tidak hanya faktor partai, Ganjar juga memiliki persona yang kuat di masyarakat Jateng. Riwayat menjabat sebagai gubernur selama 10 tahun turut menjadi faktor.
Terlebih, PDIP dinilai cerdas memilih sosok Menkopolhukam Mahfud MD sebagai pendamping Ganjar. Menurutnya, selama ini Mahfud dikenal masyarakat sebagai tokoh yang memiliki integritas dan aktif menyuarakan penegakan hukum.
Mahfud juga dinilai akan membantu mengatrol suara Ganjar dan PDIP di kalangan profesional, akademisi, hingga generasi milenial yang mengikuti riwayat penegakan hukum di Indonesia.
"Suntikan seperti Pak Mahfud MD ini kan juga menurut saya signifikan membantu. Ketika keluar Jokowi, dapat support dari Pak Mahfud yang menjadi figur yang bisa diandalkan," kata dia.
Kendati demikian, Adib menilai Ganjar tidak bisa bersantai menghadapi Gibran di Jateng. Masih ada peluang para kader PDIP maupun masyarakat beralih suara ke Gibran.
"Saya kira [suara PDIP di Pilpres] tidak seperti Pilpres terdahulu. Saya kira ini akan tidak terpaut banyak ya. Karena mereka dalam tanda kutip kan sudah dibelokkan suaranya ke Gibran. Jadi saya kira akan tetap menang, tapi bahwa gap-nya tidak terlalu panjang," ujar Adib.
PDIP lemah di pemilih muda
Tak jauh berbeda, Pengamat Politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Agus Riewanto juga menilai Ganjar-Mahfud masih akan unggul di Jateng.
Agus mengatakan pemilih di Jateng cenderung memilih karena faktor ideologis serta banyak yang loyal terhadap PDIP. Selain itu, faktor ketokohan daerah juga menjadi pertimbangan para pemilih di sana.
"Dalam sejarah itu, siapapun calon yang diusung oleh PDIP di Jawa Tengah itu belum pernah dalam sejarahnya kalah. Pemilih sangat militan, loyalis, dan Sukarnois," kata Agus kepada CNNIndonesia.com, Rabu (1/11) malam.
Dia mengatakan keikutsertaan Gibran di Pilpres 2024 bisa menarik suara swing voters alias pemilih yang masih mengambang.
"Kalau misalnya dulu sebelum Gibran, suara Ganjar bisa sampai 80 persen begitu misalnya. Setelah Gibran maju, maka dugaan saya sih suara Ganjar masih di atas 65 persen ya. Jadi tidak merupakan ancaman yang luar biasa, tapi tentu tetap perlu berhati-hati," imbuhnya.
Agus mengatakan Ganjar dan PDIP juga tak bisa santai karena ada kelemahan di segmen pemilih muda. Menurut Agus, selama ini cara komunikasi yang dilakukan PDIP masih kurang akrab di tiga segmen pemilih tersebut.
Prabowo-Gibran dianggap lebih mampu meraup ceruk pemilih dari generasi Z, milenial dan pemilih pemula.
"Kelemahan PDIP selama ini kan komunikasi ya, pendekatan terhadap pemilih milenial, generasi Z, dan pemilih pemula perlu digenjot lagi ya, karena kayaknya pemilih pemula dan generasi Z itu, Gibran jauh lebih mampu untuk berkomunikasi politik ya. Jadi PDIP perlu bekerja keras lagi," ujar Agus.(CNN indonesia)
No comments