Dinamika Politik di Pilkada OKI Tidak Ada Kawan dan Lawan Yang Abadi


OGAN KOMERING ILIR oganpost.com-Dalam Pilkada Kabupaten Ogan Komering Ilir, dinamika politik lokal menunjukkan bahwa prinsip "tidak ada kawan maupun lawan yang abadi" menjadi kenyataan yang tak terbantahkan.Pilkada di wilayah ini bukan sekadar ajang merebut kekuasaan, melainkan juga panggung pertarungan berbagai kepentingan yang tersembunyi,"begitu dikatakan Trisno Okonisator masyarakat pemerhati sosial politik Kabupaten OKI.

Lanjut dia,koalisi politik terbentuk atas dasar kepentingan jangka pendek, mengabaikan prinsip dan ideologi yang kokoh. Hal ini menciptakan peta politik dinamis di mana kawan bisa berubah menjadi lawan dalam sekejap, dan sebaliknya,

"Dukungan terhadap kandidat sering dipengaruhi oleh janji infrastruktur, pemberdayaan ekonomi lokal, atau kebijakan sektor tertentu, namun di balik retorika populis, terdapat motif pragmatis politik yang mengedepankan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Politik uang dan mobilisasi massa menjadi praktik umum dalam Pilkada, menciptakan ilusi dukungan rakyat yang sebenarnya dipengaruhi oleh kekuatan finansial dan pengaruh politik,"ujar Okon.
 
Tambah di,Pilkada Kabupaten Ogan Komering Ilir mencerminkan realitas politik Indonesia yang dipenuhi oleh kepentingan dan strategi politik, di mana klaim-klaim yang mengatasnamakan rakyat sering menjadi kedok bagi kepentingan sempit elit politik. Dinamika politik ini menunjukkan bagaimana aktor politik dengan cepat berubah posisi sesuai kepentingan politik dan situasi terkini.
 
"Manuver politik yang dilakukan oleh Baloncabup Muchendi dalam Pilkada OKI 2024, dengan menggandeng partai berlambang matahari, menunjukkan ambisi politiknya. Keterlibatan partai ini menandakan potensi kegagalan Iskandar akan terulang dalam kepemimpinan Muchendi. Dalam konteks ini, kemenangan Muchendi sebagai bupati periode 2025-2030  tidak akan mengubah dinamika politik di OKI ,artinya warisan Iskandar tetap dilestarikan termasuk jika menghadap bupati harus protokoler,"jelasnya.
 
Sambung dia,meskipun sebelumnya dituduh terlibat dalam kegagalan Iskandar, fakta ini menegaskan bahwa HM Ja'far Shodiq bukanlah bagian dari penguasa terdahulu. Pilkada OKI kali ini dipandang sebagai pertarungan antara "anak papa" versus anak petani. Isu-isu yang diangkat menyoroti perbedaan latar belakang dan dukungan politik, dengan harapan Shodiq tidak berhasil mencapai posisi bupati periode 2025 -2030.
 
"Strategi politik Muchendi dalam membentuk koalisi gemuk menunjukkan ambisinya untuk memperoleh dukungan luas, kecuali dari beberapa partai tertentu. Koalisi ini mengekspos dinamika politik berbasis kepentingan yang menunjukkan persaingan politik yang sengit. Meskipun terdapat isu rasial yang dimainkan lawan HM Ja'far Shodiq, hal ini mencerminkan kompleksitas politik lokal dalam Pilkada OKI,"terang Okon.
 
Senada disampaikan Pengamat, Edison dirinyanya menyebut Pilkada Kabupaten OKI 2024 adalah fenomena perubahan dari musuh menjadi kawan,ini sesuatu hal yang biasa dalam politik, namun, secara etika, hal ini dapat merugikan Muchendi.

"Tindakan Muchendi yang sering memajang foto Iskandar SE dan putranya Alki dapat merugikan popularitasnya di mata publik OKI.Edison menyoroti bahwa Iskandar adalah bagian dari kelompok feodal, dan pemilih harus bijak dalam memilih pemimpin untuk menghindari kesalahan yang berdampak panjang,"ucap Edison.
 
Dikatakan dia juga pilihan pemimpin yang tepat sangat penting, karena kesalahan dalam lima menit dapat berdampak sengsara selama lima tahun ke depan."Dampak negatif bagi masyarakat kecamatan yang memiliki tanah luas jika pemimpin yang terpilih tidak mempertimbangkan kepentingan rakyat secara menyeluruh,"ungkapnya.(red)

No comments

Powered by Blogger.