Harga Minyak Terangkat Imbas Pasokan Ketat

Harga minyak menguat pada awal perdagangan Rabu (20/9) di tengah sentimen pengetatan pasokan global. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Agus Triyono).

JAKARTA --  Harga minyak menguat pada awal perdagangan Rabu (20/9). Harga mendekati level tertinggi 10 bulan yang dicapai sebelumnya menyusul penurunan stok minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan dan lemahnya produksi minyak serpih AS memperkuat kekhawatiran ketatnya pasokan minyak mentah hingga akhir tahun.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 6 sen, atau 0,1 persen, menjadi US$94,40 per barel pada 00.34 GMT. Harga tersebut mendekati level tertinggi sejak November, US$95,96 yang dicapai pada Selasa.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS sebesar 29 sen atau 0,3 persen menjadi US$91,49 per barel. Kontrak WTI Oktober berakhir pada Rabu dan kontrak November yang lebih aktif naik 9 sen, atau 0,1 persen, menjadi US$90,57 per barel.

Data industri pada Selasa menunjukkan stok minyak mentah AS turun pekan lalu sekitar 5,25 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute. Analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 2,2 juta barel.

"Penurunan besar dalam persediaan minyak AS dan lambatnya produksi minyak serpih AS telah menambah kekhawatiran pasokan yang berasal dari perpanjangan pembatasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia," kata Presiden NS Trading Hiroyuki Kikukawa.

"Akan ada beberapa penyesuaian jangka pendek pada harga minyak karena lonjakan baru-baru ini, namun ekspektasi untuk mencapai US$100 per barel pada Brent dan WTI pada akhir tahun ini tidak akan berubah," katanya.

Dalam potensi dampak baru terhadap pasokan bahan bakar, pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar US$250 per metrik ton - jauh lebih tinggi dari biaya saat ini - mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, kata sumber Reuters.

Langkah tersebut dilakukan ketika produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar berada di jalur penurunan menjadi 9,393 juta barel per hari pada Oktober, terendah sejak Mei 2023, dan setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Sementara itu, Exxon Mobil Corp (XOM.N) menjanjikan tambahan produksi minyak hampir 40 ribu barel per hari di Nigeria sebagai upaya mendorong investasi baru di negara tersebut, kata juru bicara Exxon pada Selasa, mengutip presiden operasi hulu global Exxon.

Pelaku pasar juga mempertimbangkan lonjakan harga WTI baru-baru ini menarik Brent lebih tinggi telah menutup rute arbitrase minyak mentah AS ke Eropa dan Asia dan mencegah minyak dari Cekungan Atlantik menuju ke timur.(CNN indonesia)

No comments

Powered by Blogger.