Jelang Pertemuan FOMC The Fed, Harga Minyak Anjlok 4 Persen
Harga minyak turun sekitar US$3 per barel pada Selasa (13/6) imbas kegelisahan investor menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC). (Tangkapan layar twitter @@PIF_en)
JAKARTA -- Harga minyak turun sekitar US$3 per barel pada Selasa (13/6) imbas kegelisahan investor menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Dalam rapat yang digelar akhir pekan nanti, para pejabat The Fed akan menentukan kebijakan suku bunga acuan bank. Selain itu, analis menilai pasar risau melihat pertumbuhan permintaan minyak jelang pengumuman data inflasi.
Kontrak berjangka Brent turun US$2,95 atau 3,9 persen menjadi US$71,84 per barel. Nilai ini menjadi yang terendah sejak Desember 2021. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun US$3,05 atau 4,4 persen menjadi US$67,12 per barel.
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyaknya pada Minggu (11/6) kemarin. Proyeksinya, Desember nanti harga minyak Brent sekitar US$86 per barel, turun dari US$95. Sedangkan minyak mentah Brent diramal turun ke US$81 per barel, dari sebelumnya US$89.
"Goldman menyerah pada perkiraan harga bullish mereka, tampaknya menjadi katalis untuk memulai penjualan hari ini," kata analis Kpler Matt Smith kepada Reuters.
Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan menahan suku bunga acuan pada bulan ini, tetapi investor khawatir kenaikan akan berlanjut bulan depan.
Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat dolar, sehingga membuat komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, serta membebani harga.
"Pertemuan Fed dan tekanan inflasi tetap menjadi isu utama pasar minggu ini," kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior A.S. Bank Asset Management.
Kondisi China sebagai importir minyak mentah dan produk olahan utama juga membuat investor was-was.
"Permintaan China tidak menunjukkan tanda-tanda terwujud dan bisa mencapai 2 juta barel per hari. Itu jumlah yang signifikan. Pasti ada kekhawatiran bahwa OPEC dan IEA akan memangkas perkiraan permintaan mereka," kata analis UBS Robert Yawger.
Pekan lalu, baik Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan kedua berturut-turut setelah data ekonomi China yang mengecewakan sehingga memupus dorongan, serta janji Arab Saudi dkk untuk memangkas produksi pada Juli mendatang.(CNN Indonesia)
No comments