Harga Minyak Turun Dipicu Kekhawatiran Ekonomi China

Harga minyak turun dipicu kekhawatiran terhadap ekonomi China yang dampaknya lebih besar dari pengurangan produksi aliansi dari negara pengekspor minyak. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

JAKARTA -- Harga minyak 
turun dipicu kekhawatiran terhadap ekonomi China yang dampaknya lebih besar dari pengurangan produksi aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu OPEC+.

Mengutip Reuters, Selasa (20/6), minyak mentah Brent turun 48 sen atau 0,6 persen menjadi US$76,13 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun 49 sen atau 0,7 persen menjadi US$71,29.

Kedua kontrak tersebut mengakhiri pekan lalu dengan kenaikan lebih dari 2 persen. 

Sejumlah bank besar telah memangkas proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China 2023 setelah data Mei menunjukkan pemulihan pasca covid 19 di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut terhambat.

China diharapkan akan memangkas suku bunga pinjaman acuannya pada Selasa setelah penurunan serupa dalam pinjaman kebijakan menengah minggu lalu untuk mendukung pemulihan ekonomi yang belum stabil.

Wakil Presiden Senior Rystad Energy Jorge Leon mengatakan, pasar minyak tengah mengamati tanda-tanda lebih lanjut apakah ekonomi global akan meningkat.

"Banyak yang akan bergantung pada kinerja ekonomi China pada paruh kedua tahun ini dan keefektifan langkah-langkah stimulus negara yang baru-baru ini diumumkan, dan pada kemampuan AS dan Eropa untuk menghindari perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga," tulis Leon dalam laporannya.

Di sisi lain, throughput kilang China naik pada Mei, ke rekor tertinggi kedua, membantu meningkatkan keuntungan minggu lalu. Sementara itu, perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang berfungsi selama tujuh minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.

Selain itu, peningkatan ekspor minyak Iran juga membebani harga minyak dunia. Ekspor minyak mentah dan produksi minyak Iran telah mencapai rekor tertinggi pada 2023 meskipun ada sanksi AS. Mereka juga menambah pasokan global ketika produsen lain membatasi produksi.

Sementara itu, OPEC+ termasuk Rusia bulan ini menyepakati kesepakatan produksi minyak baru. Produsen terbesar kelompok itu, Arab Saudi, juga berjanji untuk memangkas produksinya pada Juli.

"Sentimen di pasar minyak mentah, pedagang cukup bearish," kata ahli strategi komoditas di TD Bank, Daniel Ghali.

"Tapi dari perspektif yang lebih luas, komunitas analis masih mencari defisit yang cukup signifikan dalam beberapa bulan mendatang," sambungnya.(CNN indonesia)

No comments

Powered by Blogger.