'Hantu' El Nino Picu Anomali Kenaikan Harga Pangan usai Lebaran

Pengamat menilai sentimen fenomena el nino menjadi salah satu biang kerok kenaikan harga sejumlah bahan pokok usai Lebaran. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim).

JAKARTA -- Sejumlah bahan pokok makin mahal dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, momentum Hari Raya Idulfitri sudah terlewat.

Biasanya, kenaikan harga pangan memang terjadi menjelang hari besar keagamaan seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Namun kali ini fenomenanya berbeda.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, kenaikan terjadi pada komoditas daging ayam, telur, daging sapi hingga bawang-bawangan sejak April lalu.

Misalnya, rerata harga telur ayam yang biasanya berkisar Rp27 ribu sampai Rp28 ribu per kilogram (kg), naik menjadi Rp30 ribu pada awal April. Lalu, pada pertengahan Mei sampai saat ini tembus di atas Rp31 ribu per kg, bahkan pernah mencapai Rp31.950 per kg pada 29 Mei 2023.

Daging ayam ras yang pada 3 April 2023 tercatat seharga Rp33.750 per kg terus naik menjadi Rp36.250 pada 3 Mei 2023. Sejak saat itu harga daging ayam tak pernah lagi turun hingga pada 21 Juni 2023 tembus menjadi Rp39.400 per kg.

Sekjen DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan membenarkan jika terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan di hampir seluruh pasar anggota mereka. Kenaikan secara signifikan terlihat sekali dalam sepekan terakhir, terutama untuk telur, daging ayam ras dan daging sapi.

"Beberapa laporan dari pedagang ke kami mengeluhkan harga telur, ayam dan daging naik fantastis. Karena itu kami dorong pemerintah untuk mengambil langkah, terutama untuk membantu pedagang kecil," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya, Hari Raya Iduladha yang berlangsung kurang dari sebulan lagi tidak bisa dijadikan alasan kenaikan harga bahan pokok. Sebab, ini adalah kegiatan yang ada tiap tahun dan pemerintah harusnya sudah memiliki solusi.

Kendati, ia mengatakan sampai saat ini daya beli masyarakat masih terjaga, hanya saja persoalan harga tetap menjadi masalah. "Permintaan saat ini normal-normal saja tapi harga banyak dikeluhkan," imbuhnya.

Ekonom Indef Rusli Abdullah melihat ada dua penyebab utama fenomena kenaikan harga pangan yang terjadi di luar momentum biasanya. Pertama, permintaan meningkat usai pandemi dan kedua, kekhawatiran terjadinya El Nino.

Menurut Rusli, kenaikan permintaan usai pandemi bisa diatasi dalam waktu dekat. Sebab, kenaikan permintaan ini memang dinilai tidak diantisipasi dengan stok yang ada.

"Terkait dengan kenaikan harga karena ada aktivitas ekonomi ini saya rasa bagus. Hanya saja ada permintaan dan suplai nya yang belum memenuhi, karena ini seperti hujan tiba-tiba dan orang tidak siap-siap. Jadi keseimbangan belum terjadi, tapi saya rasa bisa diatasilah dalam waktu dekat," imbuhnya.

Sedangkan El Nino seperti 'hantu' yang tidak bisa diprediksi kapan datangnya dan separah apa dampak yang ditimbulkan.

"Di sini pemerintah atau BMKG mengingatkan awas dengan El Nino. Ini secara psikologi menjadi pemicu kenaikan harga karena ada kekhawatiran di masa depan," kata Rusli.

Pasalnya, pemerintah hanya memperingatkan agar waspada terhadap El Nino tanpa memberikan solusi dan penjelasan lebih detail. Karenanya, ia berharap pemerintah lebih berhati-hati dan bijak dalam menyikapi fenomena perubahan cuaca tersebut.

"Kalau bisa ada proyeksi di wilayah mana kemungkinan besar bakal terjadi El Nino sekaligus diberikan atau diantisipasi solusinya. Misalnya dengan memperhatikan stok pangan, terutama bahan pokok di daerah tersebut. Bisa koordinasi dengan Bulog untuk memastikan stok ke wilayah yang bakal terdampak besar itu, misalnya," jelasnya.

Tak hanya itu, ia berharap pemerintah juga memberikan solusi misalnya pangan apa yang perlu ditanam saat nantinya terjadi El Nino. Karena El Nino adalah fenomena panas yang berlebih, maka perlu diimbau ke petani untuk menanam tanaman yang tahan panas.

"Kan enggak mungkin menanam padi yang butuh banyak air, bisa-bisa gagal panen. Ini yang harus pemerintah sikapi dengan baik dan bijak. Jangan sampai koar-koar soal El Nino tapi nanti malah zonk," tegasnya.

Pengamat menilai sentimen fenomena el nino menjadi salah satu biang kerok kenaikan harga sejumlah bahan pokok usai Lebaran. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Aji Styawan).
Momentum Iduladha hingga Ancaman El Nino

Sementara, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita melihat ada tiga dampak utama penyebab kenaikan harga pangan saat ini.
Pertama, momentum Iduladha. Ia menilai pada momen ini permintaan atas berbagai macam komoditas pokok akan tinggi, terutama daging, beras, dan sayur-sayuran.

Kedua, suplai atau stok pangan yang tidak mencukupi kebutuhan permintaan. Terutama untuk bahan pokok yang berasal dari impor.

"Impor biasanya membutuhkan waktu, sehingga kekurangan supply masih mungkin terjadi dalam rentang waktu tersebut," kata Ronny.

Sedangkan, untuk stok bahan pokok lokal seperti, telur dan daging ayam hingga bawang-bawangan, ia menilai pemerintah harus turun ke lapangan untuk melihat permasalahan dan mencari solusi paling tepat.

"Jika itu berupa beras misalnya, Bulog harus segera turun tangan mengeluarkan stoknya untuk melakukan operasi pasar terbuka di lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan harga tinggi, agar ada harga tandingan yang akan menekan kenaikan harga tersebut," jelasnya.

Ketiga, praktik moral hazard oleh sejumlah oknum yang menyebabkan kenaikan harga pangan seperti penimbunan oleh beberapa pihak.

"Karena mereka menyadari akan terjadi kenaikan permintaan pada komoditas tertentu menjelang lebaran Iduladha. Untuk hal ini, pemerintah perlu turun tangan segera, memastikan di sepanjang jalur supply tidak terjadi kemacetan arus barang," ungkapnya.

Senada, Ekonom Core Yusuf Rendy Manilet melihat bahwa momentum Iduladha yang berlangsung pekan depan dan El Nino menjadi penyebab utama kenaikan harga bahan pokok.

"Meskipun antusias ataupun magnitude-nya tidak sebesar Idulfitri namun permintaan terhadap beragam kebutuhan pokok menjelang Idul Adha menurut saya masih akan tetap relatif lebih tinggi jika dibandingkan periode ataupun hari-hari biasa. Sehingga kemudian ini yang menstimulasi kenaikan beberapa kebutuhan pokok yang terjadi dalam beberapa hari terakhir," kata Rendy.

Menurut Rendy, meski El Nino masih belum terjadi tapi kekhawatiran sudah sangat terasa karena akan mempengaruhi pasokan. Karenanya, ia menilai pemerintah harus melakukan pendekatan seperti operasi pasar untuk meredam kekhawatiran di masyarakat.

"Untuk meredamnya itu pendekatannya lebih kepada bagaimana pemerintah melakukan operasi pasar di titik-titik yang saat ini terjadi kenaikan harga pangan tersebut," pungkasnya.(CNN indonesia)

No comments

Powered by Blogger.